Judul :
Samira dan Samir
Penulis :
Siba Shakib
Penerjemah :
Ully Tauhida
Editor :
Aisyah
Penerbit :
Pustaka Alvabet.
This is a story of
love and courage, and of a remarkable woman who finds her own path in life.
When the young girl, Samira, is born, her father - a brave commander fighting
in the mountainous land of Afghanistan - decides to bring her up as a boy known
as Samir. Soon the fact that Samir is really a girl has been forgotten. Samir
learns to fight, ride and shoot, and when her father is killed, she becomes
head of the family. However, as an adult, Samir's love for the friend of her
youth forces her to confess the truth. She wants to live as Bashir's wife but
in return she must reveal her female identity and, in so doing, give up her
freedom. Samira follows her heart but she hates wearing the veil. Eventually
the torment is too great and Samira realizes there has to be a third way for
her - the way of a self-confident woman who bravely takes charge of her own
life.
In my opinion, the
writer want to emphasize about gender equality. Based on, their real experience
in Afghanistan.
Unsur-Unsur Intrinsik dalam Novel Samira and Samir
(Budaya, ekonomi, dsb)
Untuk
memahami unsur-unsur intrinsik dan latar belakang belakang seperti sosial, budaya, ekonomi dan peradaban
yang ada dalam karya sastra yang berjudul Samira and Samir. Pada novel ini kita
bisa melihat bagaimana kondisi dan situasi yang terjadi pada saat itu. Karena
penulisnya sendiri tidak hanya sekadar menulis tanpa mengetahui situasi dan
kondisi yang terjadi dan yang ada di Negara tersebut. Tetapi juga penulis
sebelumnya telah mengetahui bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi pada
masa itu.
Dalam
novel tersebut penulis ingin menyampaikan sesuatu yang dia lihat dan dia
rasakan ketika dia mengunjungi daerah afganistan. Novel yang berjudul Samira
and Samir ini mengisahkan seorang anak perempuan yang terlahir dalam keluarga
seorang Komandan perang, yang dimana pada saat itu amat sangat menjungjung tinggi
nilai seorang laki-laki, karena seorang laki-laki dianggap bisa meneruskan
perjuangan ayah dan keluarganya, akan tetapi jika mendapatkan seorang anak
perempuan bagi kebanyakan orang arab pada saat itu adalah sebuah aib yang
sangat besar yang harus ditutupi. Sang ayah merasa kecewa. Sang ayah pun
memutuskan untuk mendidik anaknya yang bernama Samira sebagai lelaki. Dan
tumbuhlah Samira sebagai Samir.
Pada
kenyataannya pun itu adalah sebuah
peradaban yang belum bisa dirubah mungkin sampai saat ini. Kebanyakan orang
arab seorang wanita yang melahirkan seorang anak perempuan itu telah memberikan
aib kepada keluarganya sendiri. Menurut mereka orang-orang Arab wanita itu diciptakan hanya untuk menjadi
seorang pelayan laki-laki. Tergambarkan dalam novel ini dimana Ibu dari Samira
yang hidupnya hanya mengurusi rumah, membuat makanan untuk anak dan suaminya,
dan tidak melakukan aktifitas yang lain.
Dalam
novel ini kesalahan identitas yang menjadikan hidup Samira kian rumit.
Kerumitan itu bertambah ketika Samira menginjak remaja dan kemudian dewasa dan
mengenal perasaan cinta. Samira dihadapkan pada dua pilihan yang menyakitkan.
Samira ingin hidup sebagai seorang istri lelaki yang bernama Bashir, namun dia
harus rela mengkhianati keluarganya, dengan mengungkapkan identitas aslinya
sebagai seorang perempuan, dan dengan demikian dia telah mengorbankan
kebebasannya sebagai seorang lelaki. Hingga pada akhirnya, Bashir pun mengetahui bahwa Samira adalah
seorang perempuan dan Bashir pun menginginkan Samira menjadi istrinya, yang
bisa melahirkan seorang anak laki-laki dari rahimnya.
Bersyukurlah
wahai perempuan J
di luar sana, mungkin masih banyak pendiskriminasian bagi kaum wanita. Jadikan hidup
yang lebih bermanfaat sebagai wanita yang kuat.
0 komentar:
Posting Komentar